My Translate

Sabtu, 07 Juli 2012

Final Destination(the secret of photo)*part 8* (*ad(1-9)min*)#2

Final Destination(the secret of photo)*part 8* (*ad(1-9)min*)#2

oleh Kami Cagnisivielrifyzevin pada 14 Juni 2011 pukul 15:45 ·
hai hai.... ad(1-9)min bawa cerbung gaje ini lagi.... dibaca yaaa

.

 CEKIDOT>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

 Final Destination
 (the secret of photo)
*part 8*


“Ozy!!!” teriak Sivia yang duduk di sofa. Ia seperti merasa sesuatu yang terjadi pada Ozy.

“Kenapa Via?” tanya Zevana yang kemudian duduk di samping Sivia dan merangkul pundaknya.

“O, Ozy Ze, Ozy! Gu, gue liat semuanya… ozy ada di dalem pe, pesawat dan…” Via menghentikan ceritanya dan menelepon Rio yang sedang dalam perjalanan menyusul Ozy ke bandara.

“Halo, Beib…” kata Sivia. Zevana dan Ify saling pandang. Sama-sama ak mengerti.

“iya, Via? Ada apa?” jawab Rio dari seberang.

“Yo, aku, aku liat semuanya, Yo… aku liat semuanya…!!”

“Liat apaan, Vi? Ngomong yang jelas, certain ke aku!”

“Tadi, aku liat Ozy ada di dalem pesawat Yo. Dan dia… kecelakaan… pesawat itu…”

“Sivia… aku nggak ngerti, Vi.. kita baru mau ke bandara!”

“Cepet Yo! Ozy dalam bahaya! Kamu harus cegah dia naik pesawat itu!!”

“Sebenernya ada apa sih, Vi?” tanya Ify yang mulai takut.

“Gue bisa liat kecelakaan itu di kepala gue!! dan Ozy ada di sana!!!”

“Apa?!” pekik Zevana lalu dipeluk Gabriel.

“Shit!” umpat Rio masih dalam telepon, “Gu, gue segera ke sana… dan ini nggak boleh gagal lagi…”

‘tut’

Teleponnya dimatikan Rio.

“Sial, hape Ozy mati.” Kata Debo yang mencoba menghubungi Ozy.

Sivia jatuh dalam pelukan Ify yang duduk di sebelahnya. Ia syok dengan apa yang baru saja dilihatnya itu. semuanya tampak nyata. Suasana itu, suara gemuruh pesawat yang kehilangan kendali, jeritan penumpang dan Ozy… semua itu seperti nyata. Dan akan menjadi nyata.

@mobil Rio

“Shit!” Rio terus-terusan mengumpat karena kekesalannya. Sementara Cakka hanya diam memandangi luar jendela, hujan masih saja deras mengguyur. Ia masih kesal dengan Rio yang berani-beraninya berencana untuk kabur dari Lombok diam-diam. Entah mengapa tapi Cakka menganggap itu seperti sebuah pengkhianatan. Cakka belum bisa menerima kenyataan tentang nasib mereka dan teman-temannya yang harus terjebak dalam labirin berdarah ini, ditambah sahabatnya yang berniat… akh… pengkhianat!

“Cak?” panggil Rio yang mendapati kediaman Cakka di sampingnya. “Cak, loe…”

“Gue nggak pengen ngomong! fokus ke jalan dan kita akan nyelamatin Ozy! Nggak usah ngobrol apa-apa sama gue!”

“Cak… gue…” omongan Rio terpotong karena tatapan Cakka yang seperti menohok Rio.

Sementara suasana di villa semakin tegang, Cakka dan Rio sampai di bandara. Dengan segera Cakka turun dan memasuki bandara, sedangkan Rio mencari tempat parkir.

Cakka segera menuju bagian informasi setelah melihat terlebih dahulu layar jadwal pemberangkatan pesawat.

“Ada yang bisa kami bantu?” kata petugas itu.

“Apa pesawat tujuan Jakarta sudah berangkat, Mbak?” tanya Cakka terengah-engah.

“Pesawat tujuan Jakarta ditunda keberangkatannya karena cuaca yang tidak memungkinkan.” Cakka membuang nafas lega, “Tapi, tenang sebentar lagi pesawat juga akan berangkat.”

“Apa?!”

“Iya. mungkin lima sampai sepuluh menit lagi.”

“Nggak mungkin! nggak boleh! pesawat itu nggak boleh terbang!! akan ada kecelakaan!”

“Ma, maaf… apa maksud Anda?”

Cakka berlari ke arah jendela besar tempat ia bisa melihat pesawat-pesawat. dan nampak di sana beberapa pesawat. sial! mana Ozy??

“Gimana Cak??” tanya Rio yang baru tiba.

“Kita… telat Yo…”

“Maksud.. loe?”

“Pesawatnya…”

***


Sial, kenapa pesawatnya harus delay segala sih… gue jadi nggak bisa balik ke Jakarta malam ini… mau di taro dimana muka gue kalo gue balik ke villa dan nggak jadi berangkat. padahal gue udah yakin banget bakal selamat sampe Jakarta malam ini juga. arkh… tapi… mereka…

Diluar dugaan, Ozy berada di taksi dalam perjalanan kembali ke villa. ia memutuskan untuk kembali ke villa karena pesawatnya delay. lagipula entah mengapa ia merasakan sesuatu yang tidak enak. bagaimanapun juga ia sudah mengenal teman-temannya selama bertahun-tahun. Termasuk Agni. ia tak bisa memungkiri bahwa sebenarnya ada sedikit rasa percaya kepada omongan Agni. mungkin, ini memang tak sepantasnya. Ozy menitikkan airmata. Baru ini ia menangis setelah kepergian Acha. Dan sekarang ia benar-benar ingin berada diantara teman-temannya. Dan jujur, rasa itu juga yang menyebabkan ia memilih untuk membatalkan kepergiannya. Temen-temen… maafin gue…

***


“Kyaaa!!!” Agni menjerit dari kamarnya. Membuat empat orang yang ada di ruang tamu menghampiri asal suara.

“Ada apa, Ag?” tanya Sivia setelah ia dan yang lain sampai di kamar Agni.

“Mana Cakka?!” lagi-lagi Agni terlihat seperti orang gila.

“Agni… Cakka lagi…” Sivia melirik ke arah tiga sahabatnya, Zevana menggeleng. “Cakka lagi cari makan malam sama Rio.” Bohong Sivia.

“Loe udah mendingan?” tanya Debo yang berusaha menutupi kepanikan yang sebenarnya.

“Mana Ozy?” tanya Agni lagi.

“Dia…” Sivia berpikir. Ingin rasanya ia menangis, matanya seperti didesak sesuatu yang memaksa keluar.

“Mungkin di kamar.” Sambung Gabriel. Agni terdiam, mencoba membaca suasana. Ia melihat ke arah Sivia yang menunduk.

‘Jdaaaar!!’ suara petir menyambar langit. Agni semakin galau.

“Gue tau kalian nyembunyiin sesuatu, kan?”

“Ag, kita…” jawab Ify terpotong.

“Jawab pertanyaan gue! kalian… bohong, kan?!” Agni mengangkat wajah Sivia sedikit kasar, dan tampak Sivia menangis. Disusul dengan Zevana yang juga menangis dalam pelukan Gabriel.

“Ada apa sebenernya!!!”

‘Trrt trrt’ hape Debo berbunyi. Telepon dari Cakka. Tadinya Cakka ingin menghubungi Sivia tapi nggak diangkat. Hape Sivia di ruang tamu.

“Iya halo, Cak?” kata Debo. Belum ada jawaban dari seberang. Yang ada hanya suara hujan dan klakson mobil. Debo begidik ngeri, memang selama ini Debo selalu bisa mencairkan suasana, tapi untuk yang satu ini darahnya pun seperti berhenti mengalir.

“Cak??” tanya Debo sekali lagi.

“Cakka!” teriak Agni.

“De, sori…” kata-kata Cakka mulai terdengar, walau miris, “Ozy terlanjur terbang…”

Debo terdiam, wajah keempat sahabatnya seperti bertanya-tanya. Debo terduduk di kursi dan meremas rambutnya.

“O.. Oz…Ozy….” Katanya berat. Semuanya mengerti maksud Debo. Seketika semuanya menangis. Tanpa mengetahui sebenarnya Ozy dalam perjalanan menuju villa. Mungkin sebentar lagi sampai… kalau ia masih diizinkan… hidup…

***


“Awas, Yo!!” teriak Cakka saat Rio hampir menerobos lampu merah. Jalanan memang tertutup hujan deras.

‘Cyyiiiit!!’ mobilnya berhasil berheni tepat waktu.

“Sori… gue nggak fokus.” Kata Rio.

“Cih, gue tau loe terpukul sama kepergian Ozy. Kehilangan sahabat itu emang menyakitkan. Tapi, itu lebih baik daripada punya sahabat yang…” Rio mengalihkan pandangannya dari jalanan ke wajah Cakka yang justru tidak melihatnya, “pengkhianat…”

‘Diiin!!!’ suara klakson dari mobil di belakang.

“Gue nggak mau ngomongin itu di sini, Cak. Sori…”

Cakka tersenyum miring, lalu kembali menatap jandela. Mata Cakka seketika terbelalak saat ia mendapati sesosok wanita misterius itu di trotoar. Wajahnya jauh lebih mengerikan ditambah tatapannya yang tajam menghunus Cakka. Pandangan Cakka berusaha mengikuti wanita itu, tapi sudah tidak memungkinkan karena mobil terus melaju. ‘Sial, dia…’

“Ada apa, Cak??” tanya Rio.

“Perempuan itu…”

“Maksud loe…” Rio melihat dari spion kirinya. Tapi tentu saja wanita itu sudah tiada. Ini adalah… tanda.

***


‘clap!’ lampu villa tiba-tiba mati. Mungkin karena hujan yang agaknya justru semakin deras.

“Kyaaa!!” teriak Ify yang seketika memeluk Debo. Agni dan Sivia masih tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Baru saja Agni diceritakan semuanya oleh Gabriel, dan sekarang ia hanya melamun.

“Biar gue cek!” kata Iel. Ia pun menuju ke sumber listrik di luar pintu.

“A, ati-ati…” kata Zevana yang sedang melihat-lihat foto kenangan sahabat-sahabatnya yang telah tiada. Iel tersenyum.

Tiba-tiba angin kencang meniup korden dan menerbangkan sebuah foto di meja.

“Apa itu, Ze?” tanya Ify.

“Mana?”

“Tadi ada yang jatuh.”

“Nggak keliatan.”

Debo mengambil hapenya dan menyorotkan lampu ke arah lantai.

“Cuma foto.” Kata Debo.

“Foto?” Pekik Sivia. “Mana fotonya?!” Sivia baru saja seperti menyadari kelupaannya. Sambil diterangi lampu hape Debo, Sivia melihat foto itu. foto Ozy.

“Nggak ada tanda kematian karena pesawat.” Kata Ify pelan.

“Benar.” Kata Agni, “ini bukan tanda kematian Ozy.”

“Maksud loe?” tanya Sivia.

“Ozy nggak meninggal dalam kecelakaan pesawat itu.” Agni tersenyum, “Iya. Dia… dia masih hidup…”

“Benarkah?” kata Ify. Kemudian ia dan Zevana saling berpelukan.

“Se. semoga itu benar…” kata Sivia. Agni saling berpandangan dengan Sivia. Agni menelan ludahnya.

“Percuma. Listriknya korslet. Bahaya kalo gue yang betulin.” Kata Gabriel seusai memeriksa listrik. “Kayanya kita terpaksa harus tanpa listrik malam ini.”

“Listrik?” kata Sivia dan Agni hampir bersamaan.

“Kenapa?” tanya Gabriel. Sivia dan Agni saling pandang. Lalu mencoba menerka maksud foto itu lagi.

***


Ozy sampai di depan villa. Tidak ada mobil mendiang Obiet di sana. Mungkin Cakka dan Rio memakai mobil itu untuk mencari dirinya. Ozy tersenyum kecil. ‘Kenapa gelap?’ Batinnya. ‘Akh, terang aja listriknya rusak begini.’ Ozy melihat ke arah sumber listrik itu, ‘apa Gabriel nggak bisa benerin? Dia kan ahli beginian.’ Tangan Ozy meraih sebuah kabel yang sedikit terbuka kulitnya… dan…

“Aaaarrggghhhh!!!!!” jerit Ozy.

***


“Apa itu?!” teriak Debo yang ada di dalam.

“Shit! Jangan-jangan!” Gabriel menuju ke luar.

“O, Ozy…” Agni menggeleng pelan, Sivia menyusul Ify dan Zevana yang berlari keluar.

“Arkh!” teriak Gabriel menonjok tembok.

“Ozy!!” Debo menghampiri tubuh Ozy yang hangus tersengat listrik dan kaku terbujur di lantai.

“Ya Tuhaaan!!!” teriak Ify yang saling berpelukan dengan Zevana. Sebuah mobil mendekat ke villa.

“Ozy!” teriak Cakka dan Rio yang segera keluar dari mobil.

Sivia menjatuhkan foto yang sedari tadi digenggamnya. Foto Ozy yang wajahnya terkena kilatan cahaya. Seperti… sengatan listrik. Ya, tanda kematiannya…

Tiba-tiba listrik menyala. Dan TV di ruang tamu menyala.

‘Pemirsa, baru saja dikabarkan pesawat Boeing-ic123 meledak di udara setelah 20 menit keberangkatannya dari Bandara Lombok. Kecelakaan terjadi di bagian barat selat Lombok dan menewaskan lebih dari setengah jumlah penumpang. Informasi masih akan terus berubah seiring penyelidikan.’ Itu suara penyiar berita yang mengabarkan kecelakaan pesawat. Kecelakaan yang seharusnya merenggut Ozy seperti dalam penglihatan Sivia.

***


‘Satu korban lagi… dan tinggal delapan… hahahaha!!!’ tawa wanita itu kembali terdengar.


BERSAMBUNG>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


OMG, tinggal 8...brrr...siapa korban selanjutnya..? nantikan part berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar