My Translate

Sabtu, 07 Juli 2012

Final Destination(the secret of photo)*part 9* (*ad(1-9)min*)#1

Haiii…dateng lagi nih cerbungnya. Disini ada adegan frontal, buat yang masih kecil jangan baca. Hahaha…
Langsung aja ya…
.
CEKIDOT>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


Final Destination
(the secret of photo)
*part 9*

Langit hari ini mendung, semendung perasaan hati delapan orang yang tersisa di villa. Kemarin, Ozy masih ada di antara mereka, dan masih seperti biasa, dengan tatapan sinisnya beradu mulut dengan teman-temannya. Sebagaimanapun sikap Ozy selama ini, mereka berdelapan tetap merasa kehilangan. Gabriel terus-terusan merutuki dirinya sendiri. ia masih menyesal mengapa ia tidak memberi tanda bahwa listrik sedang korslet saat itu. mungkin, kalau Ozy melihat tandanya, ia tidak akan menyentuh listrik sembarangan, dan tentunya ia tidak akan meninggal secepat ini. walau, Ozy memang urutannya. Urutan…
“Sudahlah, Iel. Aku tahu kamu masih nggak bisa nerima kenyataan meninggalnya Ozy.” Kata Zevana yang mengelus pundak pacarnya seusai acara pemakaman Ozy.
“Aku salah, Ze…” desis Gabriel pelan.
“Iyel… ini takdir…”
“Bukan! Ini hasil rantai maut, yang kalau bukan karena keteledoranku, pasti masih bisa dicegah, tau paling nggak ditunda…”
“Gabriel…”
“Siapa… habis ini, Vi?” tanya Debo kepada Sivia. Baru tadi Sivia menyadari bahwa teman-temannya meninggal sesuai dengan tanda-tanda hasil jepretan Cakka, dan urutan dipotretnya. Ya, kalau diingat-ingat lagi, mereka semua meninggal sesuai dengan urutan pengambilan foto. Acha, Oik, Obiet dan kemudian Ozy. Semuanya urut.
Sivia melirik ke Cakka dan Rio yang sedari tadi pagi tidak saling tegur sapa.
“Seingat gue…” Agni mengambil alih dialog Sivia, “Ozy difoto Cakka di foodcourt, kan. Terus… gue, Sivia, Ify sama Zeze dateng habis belanja…”
“Iya tuh bener.” Zevana mengamini disela pembicaraannya dengan Gabriel yang ‘masih’ menyesal.
“Terus…” kali ini giliran Ify… “gue bawain Debo kaus baru.”
Mereka diam sesaat, mengingat kronologi kejadian sekitar tiga minggu yang lalu itu. Rio masih tenang, ia berusaha menyembunyikan kegalauan hatinya sejak kemarin. ‘Pengkhianat.’ Kata itu terus terdengung dalam kepala Rio, kata yang baru pertama kali ditujukan kepadanya melalui sahabatnya sendiri. Cakka…
Tak berbeda dengan Cakka, ia masih dihantui dengan rasa kecewanya kepada Rio. Ia tak menyangka Rio mengingkari janjinya sendiri untuk saling menjaga. Rio menghampiri Cakka yang duduk di lantai.
“Cak…” panggilnya pelan. Sivia mengamati pacarnya itu.
“Hem?” Cakka tidak mengindahkan panggilan Rio.
“Gue… mau ngomong sama loe.”
“About what?”
“Temuin gue di kolam renang samping.” Kata Rio lalu beranjak menuju kolam renang samping. Tapi, Cakka masih diam di tempat. Sivia bermaksud menyusul Rio, tapi tangannya dicegah Agni.
“mereka lagi ada masalah. Biarin mereka selesaikan.” Kata Agni. Sivia mengangguk. Semalam Cakka sudah menceritakan semuanya kepada Agni. jujur, Agni juga kecewa, mengapa saudaranya sendiri, Sivia, berencana untuk kabur dari villa meninggalkan teman-teman dan juga janjinya. Sivia menarik nafas dalam-dalam. Lalu, mereka sibuk dengan kronologi itu lagi.
‘Brak!’
Zevana meggebrak meja, entah apa yang terjadi pada perbincangan pelannya dengan Gabriel.
“Ze, tunggu!” Gabriel menyusul Zevana yang tampaknya sedang marah. Mereka menuju teras luar. Membiarkan teman-temannya saling pandang bingung dan mengangkat bahu tak mengerti.
“Udah ada yang inget?” tanya Ify.
“Habis itu Zevana minta difoto karena sepatunya kan?” Sivia yang baru nimbrung mulai mengingat. Sesekali ia melirik ke Cakka. Agni jadi risih. Kemudian didapatinya Cakka beranjak menuju kolam.
“Bukan…” kata Debo. “sebelum itu, Ify dipotret nggak sengaja sama si Cakka kan?” Ify begidik ngeri. Apa dia korban selanjutnya? Ify menggenggam tangan Debo erat. Sementara Agni dan Sivia mencoba mengingat lebih dalam.
“Tunggu.” Kata Agni seperti menyadari sesuatu.
“Ada satu orang lagi sebelum Ify.” Sambung Sivia. Ify mengingat, setelah ia menyerahkan kaus baru itu kepada Debo.

"apa ini?"
"liat aja"
"wow! T-shirt baru! Aku pake ya, fy. Thanks, sayang.."
"Cak, fotoin gue dong!"
'cklik'


Seketika, Ify melepas genggaman tangannya pada Debo, lalu memandang Debo.
Debo menelan ludah, “Gue…” kata Debo pelan sambil gemetar.
***

“Ze…” Gabriel memegang tangan Zevana. Zevana menangis. Entah apa yang sebenarnya terjadi. “Ze, aku minta maaf.” Zevana tetap diam.
Tadi, Zevana mencoba menghibur Gabriel yang masih saja menyesali perbuatannya kepada mendiang Ozy. Tapi, Gabriel justru putus asa, ia merasa telah membunuh Ozy secara tidak langsung. Zevana marah dan mencoba menyadarkan Gabriel. Tapi Gabriel spontan membentak Zevana. Zevana makin kesal, dan hilang kesabaran.
“Aku udah coba sabar sama kamu, Yel. Tapi kamu terus-terusan kaya gitu. aku sedih liat kamu…” kata Zevana ditengah tangisnya.
“Ze, maafin aku. aku tau aku salah. Aku masih nggak bisa nerima kematian Ozy, Ze. Kamu tau kan, dari dulu aku sama Ozy sahabat baik, sampai aku kenal sama kamu lewat Acha, pacarnya Ozy.”
“Iya, Yel. Aku tau… tapi, plis jangan khawatirin aku dengan sikap kamu yang kaya begini. Dari dulu kamu selalu nyalahin diri sendiri kalau terjadi sesuatu. Aku nggak suka. Aku udah pernah bilang kan sama kamu, kalau kamu terus-terusan begitu aku mau break sama kamu.”
“Ze, kasih aku kesempatan buat…”
“Nggak Yel… aku pengen bikin kamu sadar selamanya, bukan karena ada aku yang ngingetin kamu. Jadi aku minta…” Zevana memutus kalimatnya, berat juga mengatakan ini. “kita putus.”
“Ze…”
“Sampai kamu bisa berubah. Aku mau kamu introspeksi, Yel. Nanti, kita balikan lagi.”
Gabriel terlihat menimang, ia tak ingin jauh dari cewek dihadapannya itu, tapi ini juga salahnya, “aku hargai keputusan kamu, Ze. Aku akan lakuin itu. demi kamu.”
“Asal kamu tau, aku sayang kamu lebih dari segalanya. Jadi sekali lagi jangan kecewain aku.”
“I’m promise.” Jawab singkat Gabriel. Lalu zevana melepas genggaman tangan Gabriel.
***

“Jadi apa yang mau loe omongin.” Tanya Cakka setibanya di kolam renang samping villa. Menemui Rio yang duduk di bangku panjang tepi kolam. Ia mendekati Rio.
“Gue pikir loe nggak akan ke sini.” Kata Rio sambil berdiri dan berbalik.
“Gue butuh waktu buat mikir tawaran orang macem loe, kan?” Cakka berkata dengan senyum miringnya. Menyindir Rio.
“Oke. Whatever.” Jawab Rio, “gue Cuma mau bilang, gue minta maaf Cak.”
Cakka tersenyum sinis, “jadi loe masih bisa sadar sama kelakuan loe.”
“Cak, gue nggak bermaksud. Cowok mana yang tega diem aja liat ceweknya nangis dan bilang nggak kuat tinggal ditempat terkutuk macem villa ini?”
“Gue kuat.” Jawab singkat Cakka.
Rio tersentak, bukan itu jawaban yang ia inginkan dari Cakka, “gue punya perasaan Cak. Gue nggak rela kalau pacar gue harus depresi, kaya hampir gila dan harus minum obat penenang.” Katanya menyindir Cakka.
“Loe nyindir gue?”
“Nggak. Gue nyindir orang yang nggak punya perasaan. Tapi, kalo loe ngerasa gitu…” Rio menghentikan omongannya, ia rasa Cakka mengerti maksudnya.
“Yo! Loe salah!” bentak Cakka.
“Berusaha kasih yang terbaik buat cewek gue! salah?!” Rio tak kalah membentak.
“Iya! Karena sekaligus loe udah khianatin janji loe!”
“Cak…”
“Ajarin juga tuh cewek loe!”
‘Bug!’
“Jaga mulut loe, Cak!” Rio menghantam pipi kiri Cakka dengan bogemnya, kesabarannya memuncak. Cakka memegangi pipinya yang memar.
‘Bug!’ balasan diterima Rio.
“Cak, sadar! Loe tuh…”
“Masa bodo! I don’t care! What the hell!” Cakka semakin buas saja. Tanpa menyelesaikan masalahnya, ia kembali ke dalam.
“Argh!” Rio terduduk di bangku itu lagi.
***

“Nggak mungkiin…” Ify yang masih syok menyadari bahwa korban selanjutnya adalah pacarnya sendiri terus-terusan menangis. Ditemani Sivia di sampingnya. Sementara debo duduk bersandar di pintu, ini seperti lelucon konyol. Menyadari kematiannya sudah dekat. Arkh! Agni berkali-kali memandang ke pintu dapur, tempat Cakka tadi menghilang. Sebenarnya apa yang dibicarakan Cakka dengan Rio. Kemudian, Zevana dan Gabriel masuk. Ada atmosfer aneh saat mereka berdua kembali ke ruangan itu. Gabriel dan Zevana sama-sama diam seribu bahasa. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di luar sana.
“Heh, kalian kemana aja?” tanya Agni.
“Kita cuma lagi hirup udara diluar kok, ya kan, Ze?” jawab Iel dan meminta persetujuan Zevana.
“Heemmm…” jawab Zevana singkat
“Kalian bohong kan?” lanjut Sivia.
“Pasti kalian berantem?”
“Pdah ah gue males ngomongin soal itu” kata Zevana dan berlalu pergi.
“Yel, kalian kenapa?” tanya Agni.
“Kita….kita putus Ag” aku Iel.
“Hah …..????” Agni, Sivia, Ify, dan Debo yang berada disitu kaget.
“Kok bisa? kalian kan  pacaran udah lama banget Yel” tanya Ify.
“Ya, gue terlalu terpukul sama kepergian Ozy. Dan gue selalu nyalahin diri gue sendiri, dan itu buat Zevana nggak suka sama sikap gue, dia bilang kita akan balikan lagi kalo gue nggak kayak gitu lagi dan kata dia gue harus introspeksi diri” jawab Iel menunduk.
“Sabar ya bro” kata Debo menepuk-nepuk pundak Iel.
“Iya, thanks ya Deb” jawab Iel.
“Yel, boleh kita ngomong sebentar?” tanya Debo.
“Boleh Deb, dimana?” tanya Iel.
“Dikolam” jawab Debo.
“Ok, loe tunggu gue aja disana, nanti gue kesana kok. Gue mau minum dulu sebentar” kata Iel, lalu berlalu pergi kedapur.
@Dapur
Iel melihat ada Zevana yang juga mengambil minum, Iel mau nyapa tapi takutnya Zeva nggak mau balas sapaannya, alhasil mereka cuma saling diam. Sempat sesekali mereka saling pandang Iel tersenyum kearah Zeva, dan Zeva membalas senyum Iel
“Emmm…Ze…” panggil Iel sambil memegang tangan Zeva.
“Iya?” jawab Zeva.
“Maafin gue ya…, gue janji gue akan berubah Ze. Gue nggak mau pisah sama loe lama-lama” kata Iel.
Zevana tersenyum “gue tunggu loe Yel” jawab Zevana lalu pergi.
Setelah Zevana pergi Iel kembali keruang tengah, belum sempat duduk dia inget sama janji dia ke Debo untuk kekolam. Iel pergi kekolam disana sudah ada Debo yang duduk merenung dipinggir kolam, separo kakinya dimasukkan ke kolam.
“Deb…” Iel memegang pundak Debo, dan duduk disebelahnya.
“Eh loe Yel” kata Debo sedikit kaget.
“Hehe..iya, ohh ya katanya ada yang mau diomongin? ngomongin apa?” tanya Iel.
“Emmm,,,,korban selanjutnya gue Yel, dan ini konyol bagi gue. gue udah tau kematian gue sendiri” kata Debo dengan tampang sedih sambil meremas rambutnya.
“Ha???? loe nggak bohongkan Deb?” tanya Iel tak percaya.
“Emang gue kelihatan bohong ya Yel?” tanya Debo.
“Nggak sih” jawab Iel.
“Yel.,,,gue titip Ify ya. Gue sayang banget sama dia, gue nggak mau ninggalin dia Yel, tapi ini takdir gue, bahwa gue harus pergi” kata Debo lirih, tak terasa Debo meneteskan air mata walau tanpa sepengetahuan Iel.
“Deb,,,sabar ya, ini bukan takdir loe. Ini karna setan sialan itu!!!” kata Iel.
“Udahlah Yel, gue terima kalo gue harus mati. Tapi plisss…Yel tolong jagain Ify. Gue sama sekali nggak nyesel kok udah tau semua ini sekarang, karena dengan begini gue bisa ngasih yang terbaik ke Ify di sisa waktu gue, gue bisa bahagiain Ify, seenggaknya dia nggak nyesel pernah jadi pacar gue.” kata Debo tertawa kecil. “yang gue takutin adalah, ninggalin dunia ini sebelum sempet bikin Ify bahagia. Pasti itu juga yang dirasain temen kita, Ozy dan Obiet yang kehilangan pacarnya. Tapi dengan begini…” Debo menengadah ke langit, “Gue bisa bahagiain Ify sebelum gue bener-bener ninggalin dunia”
“De…” Gabriel mencoba menyela. Tapi berhenti ketika mata Debo berkaca-kaca. Gabriel menepuk punggung Debo.
“Itu belum sepenuhnya bener, De” Kata Gabriel. “Sama kaya dugaan kita ke Ozy yang kita sangka akan meninggal dalam kecelakaan pesawat.”
“Tapi akhirnya Ozy juga meninggal, kan? Walau dengan cara lain.”
“De…”
“Yel, pesen gue cuma satu…” Debo berbicara seolah setelah ini dia akan benar-benar mati, “loe kenal Ify dari SD, kan? Jauh sebelum loe kenal Zeze. Tolong jagain Ify buat gue. gue cuma minta loe bisa selalu ada di setiap Ify kangen gue nanti.”
“Ok,, gue janji gue bakal jagain Ify buat loe” jawab Iel.
“Thanks Yel. Tapi jangan sampe bikin Zeze cemburu pastinya.” Debo tertawa kecil, menutupi kegalauannya.
Iel sedikit tersentak mengingat hubungannya dengan Zevana yang sekarang sedang rumit, “sama-sama Deb, gue masuk duluan ya Deb”
“Iya Yel” jawab Debo.
Iyel masuk kedalam sedangkan Debo masih merenung dipinggir kolam, tiba-tiba Ify datang.
“Deb,,” panggil Ify lalu duduk disebelah Debo.
“Ehh,,Ify” jawab Debo disenyum-senyumkan karna Debo tak ingin Ify sedih.
Ify bersandar dibahu Debo “Deb,,,Ify takut Debo ninggalin Ify, Ify nggak tau jadi apa kalo nggak ada Debo, karna Ify sayang banget sama Debo” kata Ify perlahan airmatanya turun dari pelupuk matanya.
“Debo juga nggak mau ninggalin Ify, Debo juga sayang banget sama Ify. Tapi ini udah takdir Fy” jawab Debo.
Ify menghadap ke Debo kini jarak wajah mereka cuma sekitar 5 cm “kenapa sih, kita harus liburan kesini Deb?” tanya Ify sedih.
“Ya mungkin ini memang takdir kita Fy. Ify jangan nangis dong Debo jadi ikut sedih” jawab Debo lalu menghapus air mata Ify.
Ify langsung mendekap Debo “Debo… Ify sayang sama Debo” kata Ify yang berada dipelukan Debo sambil nangis sesegukan, Debo membalas pelukan Ify erat bahkan sangat erat sekali seakan Debo tak ingin jauh dengan Ify.
“Debo juga sayang sama Ify, sayang banget” ucap Debo lirih.
Debo melepaskan pelukannya, wajah mereka dekat sekali mereka saling pandang dan Debo memejamkan matanya lalu menempelkan bibirnya kebibir Ify, selama beberapa menit Debo melepaskan bibirnya
“Maafin aku Fy, udah lancang ngelakuin itu” kata Debo.
“Nggak papa kok Deb” jawab Ify. Lalu Debo mendekap Ify lagi
           ***
BERSAMBUNG>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Gimana lanjutannya? ditunggu aja ya, jangan bosen yahhh…..
Sankyuuu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar